Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Yang Pertama Menjadi Yang Terakhir



Ada seorang pria yang sedang mengantre di stasiun untuk membeli tiket kereta api. Dia berada di tengah-tengah barisan antrean yang sangat panjang. Karena sudah menunggu sangat lama, maka ia menjadi tidak sabar, merasa sudah lelah, lapar dan haus. Jadi, ia pun memutuskan untuk keluar dari baris antrean untuk makan dan minum. Setelah selesai ia harus kembali memulai antreannya dari baris yang paling belakang. Dengan demikian ia membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk mendapatkan tiket kereta, sebab orang-orang yang tadinya mengantre di belakangnya telah mendahuluinnya ke baris depan. Jadi, ia yang pertama menjadi yang terakhir.

Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang pekerja-pekerja di kebun anggur. Seorang pemilik kebun anggur merekrut para pekerja pada pagi hari, siang hari dan sore hari serta berjanji akan memberikan 1 dinar kepada masing-masing mereka. Maka, para pekerja itu pun mulai bekerja sesuai dengan waktu perekrutan mereka, yanki pada pukul 6 pagi, pukul 9 pagi, pukul 12 siang, pukul 3 sore dan pukul 5 sore. Ketika tiba waktunya mereka menerima upah pada pukul 6 sore, ternyata hasil yang mereka terima semua sama. Orang-orang bekerja dari pagi pagi memprotes tuannya, sebab mereka telah bekerja selama 12 jam, namun gajinya sama dengan orang yang masuk belakangan, bahkan dengan orang yang hanya bekerja 1 jam saja. Mereka menilai bahwa tuan itu tidak adil. Namun, tuan tersebut menjawab bahwa ia tetap berlaku adil, sebab ia tetap membayar upah mereka sesuai kesepakatan awal mereka, yakni 1 dinar sehari. Jadi, jika ia bermurah hati kepada orang yang bekerja hanya 1 jam dengan memberinya upah 1 dinar, maka ia tidak bisa disalahkan. Tuhan Yesus menutup perumpamaan-Nya dengan ucapan: "Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Perumpamaan Tuhan Yesus ini tidak berbicara tentang keselamatan, tetapi tentang upah yang akan diterima oleh orang-orang percaya kelak. Sebab, ucapan Tuhan Yesus tersebut muncul ketika Petrus bertanya kepada-Nya tentang upah mereka dalam mengikuti-Nya (Matius 19:27-30). Maksud ucapan Tuhan Yesus diatas adalah bahwa orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan aktif dalam melayani-Nya, namun kemudian ogah-ogahan, akan didahului oleh mereka yang percaya belakangan namun setia dalam melayani-Nya. Demikian juga dengan orang yang sombong rohani, karena punya kedudukan penting dalam gereja dan pelayanan, akan didahului oleh mereka yang sederhana dan rendah hati dalam melayani-Nya.

Sesungguhnya, Tuhan lebih tahu hati setiap kita dan kadar pelayanan kita masing-masing. Dia pasti tetap bersikap adil seandainya Ia memberikan pahala yang lebih besar bagi mereka yang menurut kita sebagai orang-orang "yang terakhir". Ya Bapa Sorgawi, mampukanlah kami untuk melayani-Mu dengan setia dan rendah hati sehingga kami tidak menjadi yang terakhir di dalam kerajaan-Mu.

Bacaan renungan: Matius 20:1-16.

Post a Comment for "Yang Pertama Menjadi Yang Terakhir"