Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menerima Dengan Sukarela




Berbagai kisah menarik dari kehidupan Musa selalu dijadikan teladan oleh orang-orang percaya. Musa adalah seorang pemimpin besar yang telah dipersiapkan Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Ia adalah rekan sekerja Tuhan dan juga seorang yang pernah berhadap-hadapan dengan Tuhan, sekalipun ia hanya orang biasa. Ia menjalani kehidupan yang keras dan penuh perjuangan bersama bangsa Israel. Dilihat dari sisi manusia, pengorbanan Musa untuk bangsa Israel sungguh besar. Ia yang telah mengalami hidup dalam kenyamanan harus meninggalkan semua itu (Ibrani 11:24-25). Bagi kita, mungkin saja nama Musa lebih tertanam kuat dibenak kita dari pada nama Yakub, sekali[un Yakub adalah nenek moyang bangsa Israel. Sebab, peran Musa sangat penting dalam pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Atau mungkin saja kalau kita berada diposisi Musa, kita berfikir untuk mengambil alih bangsa itu dan terus berusaha menanamkan dalam benak mereka akan hebatnya kepemimpinan kita, jauh melebihi kehebatan nenek moyang mereka.

Namun, akhir kisah yang menyesakkan dada adalah ketika Musa melakukan sebuah pelanggaran terhadap titah Tuhan. Ia dihukum dan tak tanggung-tanggung hukumannya, haknya untuk menikmati Tanah Perjanjian dicabut oleh Tuhan. Tuhan hanya membawanya ke Gunung Nebo dan memperlihatkan keindahan Tanah Perjanjian itu. Jika saya berada diposisi Musa, mungkin saya akan melakukan protes kepada Tuhan. Karena setelah semua yang ia lakukan, ia justru tidak mendapatkan apa-apa, malah hasilnya dinikmati oleh orang lain, yaitu Yosua abdinya. Ini sangat tidak adil bagi Musa!

Namun, ternyata justru titik inilah yang menyempurnakan sifat Musa sebagai seorang yang takut akan Tuhan. Sebab, setelah mengetahui pasti bahwa ia tidak akan menikmati Tanah Perjanjian. Musa masih memberikan berkat kepada bangsa Israel yang tercatat dalam Ulangan 33. Kebesaran hati Musa untuk menerima keputusan Tuhan menunjukkan ketundukan dirinya terhadap kekuasaan Tuhan. Ia tidak menuntut apalagi mengungkit semua pengorbanan yang telah ia berika kepada Tuhan. Sebaliknya, tanpa perbantahan sedikit pun, ia patuh kepada keputusan Tuhan.

Jarang ditemukan orang yang memiliki kebesaran hati seperti Musa. Yang hanya karena satu kesalahan, seluruh pengorbananya seolah menjadi tiada arti. Ia adalah seorang manusia, ia belajar untuk tidak melihat keputusan Tuhan berdasarkan kemanusiaannya. Ini adalah contoh terakhir dari kehidupan Musa yang patut kita teladani. Adakah kita masih memprotes Tuhan bukan sekedar berkorban, tetapi juga harus besar hati menerima keputusan Tuhan yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Amin.

Bacaan renungan: Ulangan 32:52; 34:4.
Sumber: http://www.renunganonlinekristen.com/

Post a Comment for "Menerima Dengan Sukarela"